Kebangru’an: Transformasi Ritual Sakral Menjadi Warisan Seni Pertunjukan Masyarakat Lombok


Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sekali keragaman termasuk tradisi dan kearifan lokal. Perlu kita tahu bahwa banyak sekali kearifan lokal yang belum kita ketahui, karena mungkin kurang terekspos atau bisa saja kita yang kurang literasi dan pengetahuan. Kearifan lokal ini tidak hanya berbentuk kesenian dan tradisi, tetapi dapat dilihat dari cara hidup masyarakat, pola hubungan sosial, serta nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh setiap komunitas. Dalam sejumlah situasi, kearifan lokal ini menjadi landasan bagi komunitas untuk hidup harmonis dengan lingkungan dan satu sama lain, menjaga keseimbangan yang memungkinkan mereka bertahan menghadapi beragam tantangan.

Sebelum ke pembahasan inti, ada baiknya kita mengetahui apa yang dimaksud dengan komunitas dan kearifan lokal. Yuk, pahami penjelasan singkat dibawah ini!

Komunitas adalah kelompok sosial dalam masyarakat yang terdiri dari beberapa individu yang berinteraksi satu sama lain dalam lingkungan tertentu dan umumnya memiliki minat dan ruang hidup yang sama. Komunitas adalah kelompok sosial dalam masyarakat yang terdiri dari beberapa individu yang berinteraksi satu sama lain dalam lingkungan tertentu dan umumnya memiliki minat dan habitat yang sama. Dalam sebuah komunitas manusia, individu-individu dalam komunitas itu mungkin memiliki kesamaaan niat, keyakinan, sumber daya, pekerjaan, kebutuhan, hobi, dan banyak kondisi serupa lainnya. Dalam ranah sosial, komunitas adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki hobi dan minat serupa serta bertukar ide.

Setiap komunitas memiliki kearifan lokal yang dijadikan sebagai pedoman hidup bersama. Kearifan lokal merupakan hasil adaptasi berkelanjutan selama bertahun-tahun terhadap lingkungan alam tempat mereka tinggal dan menjadi dasar filosofi hidup yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kearifan lokal dapat diartikan sebagai pengetahuan lokal yang khas pada suatu wilayah atau masyarakat. Ini mencakup banyak aspek kehidupan seperti pertanian, perikanan, kerajinan tangan, adat istiadat dan nilai-nilai masyarakat. Kearifan lokal juga mencakup kearifan dalam memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan, menjaga keseimbangan ekologi, dan memelihara keharmonisan antara manusia dan alam.

Kearifan lokal yang telah lama diyakini oleh masyarakat setempat mau tidak mau mempengaruhi kehidupan sehari-hari di daerah tersebut. Kearifan lokal yang telah ada selama puluhan tahun seharusnya pada akhirnya menjadi kepercayaan atau pedoman yang dianut oleh masyarakat setempat. Jadi ketika sesuatu terjadi, masyarakat menggunakan kearifan lokal sebagai tolak ukur sebelum mengambil sikap atau tindakan tertentu. Praktik ini juga memungkinkan orang-orang di suatu daerah tertentu untuk mengembangkan kebudayaan mereka yang sudah ada secara lebih konkret (terarah) daripada sebelumnya. Dengan kata lain, kearifan lokal memiliki kekuatan untuk memberikan bimbingan kepada masyarakat setempat. Wujud kearifan lokal dalam suatu masyarakat meliputi nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum adat, dan aturan khusus.

Setelah mengetahui kedua hal diatas, mari kita ke topik utamanya. Nah disini kami membahas tentang Kearifan Lokal "Ritus Kebangru'an" yang berkaitan dengan Lembaga Seni Menduli Selayar (LSMS). Mari kita bahas lebih lanjut!

Kesenian Kebangru'an, yang berasal dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, merupakan sebuah tradisi yang telah melalui transformasi panjang. Dikenal sebagai bagian dari budaya yang sakral dan spiritual, Kebangru'an pada awalnya merupakan ritual yang bertujuan untuk mengundang roh leluhur merasuki tubuh penari. Dalam tradisi ini, musik dan tarian menjadi medium yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia roh. Tarian yang dibawakan oleh penari, yang dalam keadaan kesurupan, mengalir mengikuti irama musik yang dimainkan, menciptakan sebuah pengalaman spiritual yang mendalam bagi mereka yang menyaksikan. Proses ritual ini bisa berlangsung dalam waktu yang sangat lama, bahkan hingga berhari-hari atau berminggu-minggu, tergantung pada permintaan roh yang merasuki tubuh penari.

Namun, seiring berjalannya waktu, Kebangru'an tidak hanya terikat pada konteks spiritual dan ritual. Mamik Rihin, seorang pelaku seni generasi ketiga dari Kebangru'an, bersama dengan Lembaga Seni Menduli Selayar (LSMS) yang didirikannya pada tahun 2013, berupaya untuk memperkenalkan kebudayaan ini kepada khalayak luas. Dalam usahanya, Rihin memberikan nama "Kebangru'an" untuk menggantikan istilah yang lebih sakral dan tertutup tersebut, serta mengubahnya menjadi sebuah seni pertunjukan yang bisa disaksikan oleh siapa saja. Upaya ini sempat mendapat resistensi dari kalangan orang tua yang khawatir akan dampak negatif dari kesurupan yang bisa terjadi dalam ritual tersebut. Namun, melalui penjelasan yang cermat, mereka akhirnya menyadari bahwa Kebangru'an yang dipertunjukkan kini adalah sebuah rekonstruksi yang dilakukan dalam kesadaran penuh, tanpa melibatkan unsur kesurupan.

Dalam bentuk pertunjukannya yang lebih modern, Kebangru'an tidak lagi melibatkan kesurupan roh, melainkan menjadi sebuah pertunjukan seni yang menggali kekayaan budaya Lombok. Alat musik yang digunakan dalam pertunjukan ini mencakup berbagai instrumen tradisional, seperti gendang, jidur, penteng (sejenis mandolin), biola, gambus, suling, rencak, dan gong. Musik yang dimainkan dalam pertunjukan Kebangru'an kini disebut sebagai Musik Telaga Murni, yang memiliki akar sejarah dalam tradisi musik dari Dusun Benyer di Lombok Timur. Musik ini sebelumnya digunakan dalam berbagai acara ritual, seperti pernikahan, khitanan, dan perayaan adat lainnya. Kehadiran pengaruh Islam juga dapat ditemukan dalam perkembangan musik ini, terutama melalui syair-syair Islami yang dibawakan oleh saudagar-saudagar dari Timur Tengah yang berkunjung ke Pulau Lombok pada abad ke-14. Seiring berjalannya waktu, Musik Telaga Murni menjadi sarana dakwah yang mempengaruhi kebudayaan Lombok, menciptakan jembatan antara tradisi lokal dan ajaran Islam.

Pentingnya Kebangru'an sebagai kesenian tradisional kini semakin mendapat perhatian. Rihin, yang berasal dari keluarga yang memainkan Musik Telaga Murni, berkomitmen untuk melestarikan dan mengembangkan tradisi ini. Dengan berdirinya LPSBK (Lembaga Pendidikan Seni dan Budaya Kebangru'an) pada tahun 2010, yang kemudian berganti nama menjadi LSMS pada 2013, Rihin berupaya untuk memastikan bahwa musik ini tidak hanya dilestarikan, tetapi juga dihargai oleh generasi penerus. Salah satu tujuan utamanya adalah agar Musik Kebangru'an mendapatkan pengakuan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai kesenian tradisional khas Lombok Timur. Melalui berbagai pertunjukan seni, adat, dan keagamaan, Musik Kebangru'an tidak hanya menjadi sarana untuk menghormati leluhur, tetapi juga memperkenalkan kekayaan budaya lokal Lombok kepada masyarakat luas.

Kebangru'an kini bukan lagi sekadar sebuah ritual, melainkan sebuah bentuk seni yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat. Sebagai warisan budaya yang sarat dengan makna spiritual dan historis, Kebangru'an berperan penting dalam memperkenalkan tradisi lokal kepada dunia luar. Semangat untuk menjaga dan mengembangkan Kebangru'an yang digalang oleh Mamik Rihin dan lembaga yang dipimpinnya menjadi bukti betapa pentingnya upaya pelestarian budaya dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berubah. Melalui seni, tradisi ini tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang, menghubungkan masa lalu dengan masa depan, dan memperkaya khazanah kebudayaan Indonesia.

Sebagai kesimpulan, Kebangru'an merupakan bukti nyata bagaimana sebuah tradisi sakral dapat berkembang tanpa kehilangan jati dirinya. Dari sebuah ritual yang penuh nuansa spiritual hingga menjadi warisan seni pertunjukan, Kebangru'an berhasil menyeimbangkan antara pelestarian budaya leluhur dan adaptasi terhadap tuntutan zaman. Transformasi ini tidak hanya memperkaya khazanah seni dan budaya Lombok, tetapi juga membuka jalan untuk memperkenalkan nilai-nilai lokal kepada dunia.

Melalui tangan dingin Mamik Rihin dan Lembaga Seni Menduli Selayar (LSMS), Kebangru'an mengalami pembaharuan yang menjadikannya tidak sekadar pertunjukan seni, tetapi juga medium untuk menyampaikan sejarah, kearifan lokal, dan nilai spiritual masyarakat Lombok. Proses ini menunjukkan bahwa tradisi tidak harus menjadi sesuatu yang statis, tetapi dapat menjadi ruang dialog yang dinamis antara masa lalu dan masa depan.

Dengan tetap menghormati akar budayanya, Kebangru'an kini bertransformasi menjadi simbol pelestarian dan inovasi budaya. Warisan ini tidak hanya menjaga hubungan masyarakat dengan leluhur mereka, tetapi juga menjadi jembatan yang menghubungkan lokalitas Lombok dengan dunia luas, memperkuat identitas bangsa Indonesia yang kaya akan keberagaman. Kebangru'an adalah cerminan bahwa seni tradisional dapat terus hidup, berkembang, dan memberikan makna baru bagi generasi mendatang.

Penyusun:
Juwinda Yetika Qodri
Najwa Aulia Safitri
Bq. Alfani Rizkia Hajati

Comments