Setiap komunitas memiliki cara unik untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu wujud nyata dari keunikan tersebut adalah kearifan lokal, yakni nilai-nilai dan praktik yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kearifan lokal tidak hanya menjadi identitas sebuah komunitas, tetapi juga pilar penting yang menjaga keberlangsungan budaya.
Di antara banyaknya kearifan lokal yang dimiliki Indonesia, tradisi Sorong Serah Aji Krame dari masyarakat Suku Sasak di Lombok menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai luhur diwariskan melalui praktik adat. Tradisi ini merupakan salah satu tahapan penting dalam prosesi pernikahan yang mengesahkan hubungan suami istri menurut hukum adat, setelah pernikahan diresmikan secara agama. Lebih dari sekadar ritual, Sorong Serah Aji Krame adalah simbol penghormatan, tanggung jawab, dan kerja sama antara dua keluarga besar.
Makna Filosofis Sorong Serah Aji Krame
Dalam bahasa Sasak, Sorong Serah berarti serah terima, sementara Aji Krame bermakna aturan adat. Secara keseluruhan, tradisi ini dapat dimaknai sebagai serah terima tanggung jawab yang diatur oleh norma adat. Proses ini dilakukan oleh keluarga mempelai laki-laki kepada keluarga mempelai perempuan sebagai bentuk pengakuan, penghormatan, dan kerja sama.
Makna Filosofis Sorong Serah Aji Krame
Dalam bahasa Sasak, Sorong Serah berarti serah terima, sementara Aji Krame bermakna aturan adat. Secara keseluruhan, tradisi ini dapat dimaknai sebagai serah terima tanggung jawab yang diatur oleh norma adat. Proses ini dilakukan oleh keluarga mempelai laki-laki kepada keluarga mempelai perempuan sebagai bentuk pengakuan, penghormatan, dan kerja sama.
Namun, makna filosofis tradisi ini jauh lebih dalam. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Sasak, seperti gotong royong, harmoni keluarga, dan penghormatan terhadap leluhur. Pernikahan di mata masyarakat Sasak bukan hanya penyatuan dua insan, melainkan juga penyatuan dua keluarga besar yang akan saling mendukung dalam kehidupan sosial.
Tradisi Sorong Serah Aji Krame terdiri dari beberapa tahapan yang penuh simbol dan nilai luhur:
1. Tahap Persiapan
Persiapan adalah langkah awal yang melibatkan kedua keluarga. Pada tahap ini, mereka memilih pembayun, yaitu juru bicara yang mewakili masing-masing pihak dalam prosesi adat. Pembayun tidak dipilih sembarangan; ia harus memiliki pemahaman mendalam tentang adat istiadat dan mampu menyampaikan maksud dengan baik.
Selain itu, berbagai simbol adat seperti kain tenun, perhiasan, dan barang-barang lain yang melambangkan penghormatan dipersiapkan dengan teliti. Simbol-simbol ini menjadi representasi tanggung jawab dan niat baik keluarga mempelai laki-laki untuk membangun hubungan harmonis dengan keluarga mempelai perempuan.
2. Serah Terima Simbol Adat
Tahap inti dari tradisi ini adalah serah terima simbol adat. Pembayun dari pihak mempelai laki-laki, yang disebut pembayun penyorong, menyampaikan simbol-simbol tersebut kepada pembayun penampi dari pihak mempelai perempuan. Simbol-simbol ini mencerminkan penghormatan, tanggung jawab, dan kesungguhan niat untuk membangun hubungan yang harmonis.Dalam prosesi ini, pembayun penyorong menyampaikan pidato yang penuh makna dan penghormatan, sementara pembayun penampi menerima simbol adat dengan rasa syukur. Serah terima ini menandakan bahwa pernikahan telah diakui secara adat.
3. Doa dan Penutupan
Setelah simbol adat diterima, prosesi ditutup dengan doa bersama. Kedua keluarga memohon keberkahan dan kebahagiaan bagi pasangan pengantin. Doa ini menjadi simbol harapan agar pernikahan tidak hanya membawa kebahagiaan bagi pasangan, tetapi juga mendatangkan keharmonisan bagi keluarga besar kedua belah pihak. Dalam doa tersebut, terkandung pula harapan agar nilai-nilai adat tetap hidup di tengah modernitas.
Nilai-Nilai yang Dijunjung dalam TradisiTradisi Sorong Serah Aji Krame sarat dengan nilai-nilai yang mencerminkan kehidupan bermasyarakat yang harmonis.
1. Penghormatan terhadap Keluarga
Salah satu nilai utama dalam tradisi ini adalah penghormatan terhadap keluarga. Melalui prosesi ini, keluarga mempelai laki-laki menunjukkan penghormatan mereka kepada keluarga mempelai perempuan. Sebaliknya, keluarga mempelai perempuan menunjukkan keterbukaan dan penerimaan. Penghormatan ini menjadi dasar dari hubungan yang saling mendukung dan menghormati.
Persiapan adalah langkah awal yang melibatkan kedua keluarga. Pada tahap ini, mereka memilih pembayun, yaitu juru bicara yang mewakili masing-masing pihak dalam prosesi adat. Pembayun tidak dipilih sembarangan; ia harus memiliki pemahaman mendalam tentang adat istiadat dan mampu menyampaikan maksud dengan baik.
Selain itu, berbagai simbol adat seperti kain tenun, perhiasan, dan barang-barang lain yang melambangkan penghormatan dipersiapkan dengan teliti. Simbol-simbol ini menjadi representasi tanggung jawab dan niat baik keluarga mempelai laki-laki untuk membangun hubungan harmonis dengan keluarga mempelai perempuan.
2. Serah Terima Simbol Adat
Tahap inti dari tradisi ini adalah serah terima simbol adat. Pembayun dari pihak mempelai laki-laki, yang disebut pembayun penyorong, menyampaikan simbol-simbol tersebut kepada pembayun penampi dari pihak mempelai perempuan. Simbol-simbol ini mencerminkan penghormatan, tanggung jawab, dan kesungguhan niat untuk membangun hubungan yang harmonis.Dalam prosesi ini, pembayun penyorong menyampaikan pidato yang penuh makna dan penghormatan, sementara pembayun penampi menerima simbol adat dengan rasa syukur. Serah terima ini menandakan bahwa pernikahan telah diakui secara adat.
3. Doa dan Penutupan
Setelah simbol adat diterima, prosesi ditutup dengan doa bersama. Kedua keluarga memohon keberkahan dan kebahagiaan bagi pasangan pengantin. Doa ini menjadi simbol harapan agar pernikahan tidak hanya membawa kebahagiaan bagi pasangan, tetapi juga mendatangkan keharmonisan bagi keluarga besar kedua belah pihak. Dalam doa tersebut, terkandung pula harapan agar nilai-nilai adat tetap hidup di tengah modernitas.
Nilai-Nilai yang Dijunjung dalam TradisiTradisi Sorong Serah Aji Krame sarat dengan nilai-nilai yang mencerminkan kehidupan bermasyarakat yang harmonis.
1. Penghormatan terhadap Keluarga
Salah satu nilai utama dalam tradisi ini adalah penghormatan terhadap keluarga. Melalui prosesi ini, keluarga mempelai laki-laki menunjukkan penghormatan mereka kepada keluarga mempelai perempuan. Sebaliknya, keluarga mempelai perempuan menunjukkan keterbukaan dan penerimaan. Penghormatan ini menjadi dasar dari hubungan yang saling mendukung dan menghormati.
2. Gotong Royong
Tradisi ini melibatkan partisipasi aktif dari banyak pihak, mulai dari keluarga besar hingga pembayun yang dipilih untuk mewakili masing-masing pihak. Hal ini menunjukkan bahwa pernikahan bukan hanya urusan individu, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh komunitas. Gotong royong ini mempererat solidaritas dan memperkuat hubungan antaranggota masyarakat.
3. Harmoni Sosial
Tradisi ini mengajarkan pentingnya menjaga harmoni dalam hubungan sosial. Dengan menjalankan Sorong Serah Aji Krame, kedua keluarga besar diingatkan untuk selalu menjalin komunikasi yang baik dan bekerja sama demi menjaga keutuhan hubungan. Harmoni sosial ini menjadi landasan penting dalam kehidupan masyarakat Sasak.
Tujuan dan Relevansi Tradisi
Tujuan utama dari tradisi Sorong Serah Aji Krame adalah untuk mengesahkan pernikahan secara adat. Meski telah sah secara agama, pengesahan adat memberikan dimensi tambahan berupa pengakuan budaya dan sosial. Hal ini menegaskan bahwa masyarakat Sasak memandang pernikahan sebagai peristiwa penting yang melibatkan keluarga besar, bukan hanya pasangan pengantin.
Selain itu, tradisi ini bertujuan untuk menjaga keberlangsungan nilai-nilai adat yang telah diwariskan oleh leluhur. Dengan melibatkan generasi muda dalam prosesi ini, tradisi ini menjadi sarana edukasi untuk mengenalkan mereka pada pentingnya menghormati adat dan budaya. Melalui partisipasi aktif, generasi muda belajar untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya. Di era modern seperti sekarang, tradisi ini tetap relevan karena memberikan panduan moral dan etika dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai seperti penghormatan, gotong royong, dan harmoni sosial tetap dibutuhkan untuk menjaga kohesi sosial di tengah perubahan zaman.
Pelajaran dari Tradisi Sorong Serah Aji Krame
Tradisi Sorong Serah Aji Krame mengajarkan kita banyak hal, terutama tentang pentingnya menjaga hubungan baik dalam kehidupan bermasyarakat. Tradisi ini menunjukkan bahwa pernikahan bukan hanya urusan individu, tetapi juga tanggung jawab sosial yang melibatkan banyak pihak. Dengan menjalankan tradisi ini, masyarakat Sasak mengingatkan kita bahwa kebahagiaan dalam pernikahan tidak hanya diperoleh dari pasangan, tetapi juga dari dukungan keluarga besar.
Lebih dari itu, tradisi ini menjadi bukti nyata bahwa kearifan lokal dapat menjadi panduan dalam menghadapi dinamika kehidupan modern. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi ini, seperti penghormatan, gotong royong, dan harmoni sosial, tetap relevan dan dapat diterapkan di berbagai aspek kehidupan. Dalam tradisi ini, terkandung pesan bahwa menjaga adat dan budaya adalah tanggung jawab bersama. Sebagai bagian dari kearifan lokal, tradisi Sorong Serah Aji Krame memiliki makna yang sangat mendalam bagi masyarakat Sasak. Ia tidak hanya menjadi bagian dari prosesi pernikahan, tetapi juga simbol penghormatan, tanggung jawab, dan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui tradisi ini, masyarakat Sasak telah menunjukkan bahwa kearifan lokal dapat menjadi panduan dalam menghadapi tantangan zaman.
Tradisi ini melibatkan partisipasi aktif dari banyak pihak, mulai dari keluarga besar hingga pembayun yang dipilih untuk mewakili masing-masing pihak. Hal ini menunjukkan bahwa pernikahan bukan hanya urusan individu, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh komunitas. Gotong royong ini mempererat solidaritas dan memperkuat hubungan antaranggota masyarakat.
3. Harmoni Sosial
Tradisi ini mengajarkan pentingnya menjaga harmoni dalam hubungan sosial. Dengan menjalankan Sorong Serah Aji Krame, kedua keluarga besar diingatkan untuk selalu menjalin komunikasi yang baik dan bekerja sama demi menjaga keutuhan hubungan. Harmoni sosial ini menjadi landasan penting dalam kehidupan masyarakat Sasak.
Tujuan dan Relevansi Tradisi
Tujuan utama dari tradisi Sorong Serah Aji Krame adalah untuk mengesahkan pernikahan secara adat. Meski telah sah secara agama, pengesahan adat memberikan dimensi tambahan berupa pengakuan budaya dan sosial. Hal ini menegaskan bahwa masyarakat Sasak memandang pernikahan sebagai peristiwa penting yang melibatkan keluarga besar, bukan hanya pasangan pengantin.
Selain itu, tradisi ini bertujuan untuk menjaga keberlangsungan nilai-nilai adat yang telah diwariskan oleh leluhur. Dengan melibatkan generasi muda dalam prosesi ini, tradisi ini menjadi sarana edukasi untuk mengenalkan mereka pada pentingnya menghormati adat dan budaya. Melalui partisipasi aktif, generasi muda belajar untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya. Di era modern seperti sekarang, tradisi ini tetap relevan karena memberikan panduan moral dan etika dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai seperti penghormatan, gotong royong, dan harmoni sosial tetap dibutuhkan untuk menjaga kohesi sosial di tengah perubahan zaman.
Pelajaran dari Tradisi Sorong Serah Aji Krame
Tradisi Sorong Serah Aji Krame mengajarkan kita banyak hal, terutama tentang pentingnya menjaga hubungan baik dalam kehidupan bermasyarakat. Tradisi ini menunjukkan bahwa pernikahan bukan hanya urusan individu, tetapi juga tanggung jawab sosial yang melibatkan banyak pihak. Dengan menjalankan tradisi ini, masyarakat Sasak mengingatkan kita bahwa kebahagiaan dalam pernikahan tidak hanya diperoleh dari pasangan, tetapi juga dari dukungan keluarga besar.
Lebih dari itu, tradisi ini menjadi bukti nyata bahwa kearifan lokal dapat menjadi panduan dalam menghadapi dinamika kehidupan modern. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi ini, seperti penghormatan, gotong royong, dan harmoni sosial, tetap relevan dan dapat diterapkan di berbagai aspek kehidupan. Dalam tradisi ini, terkandung pesan bahwa menjaga adat dan budaya adalah tanggung jawab bersama. Sebagai bagian dari kearifan lokal, tradisi Sorong Serah Aji Krame memiliki makna yang sangat mendalam bagi masyarakat Sasak. Ia tidak hanya menjadi bagian dari prosesi pernikahan, tetapi juga simbol penghormatan, tanggung jawab, dan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui tradisi ini, masyarakat Sasak telah menunjukkan bahwa kearifan lokal dapat menjadi panduan dalam menghadapi tantangan zaman.
Dengan menjaga tradisi ini, mereka tidak hanya melindungi warisan budaya, tetapi juga memberikan kontribusi yang tak ternilai dalam memperkaya keragaman budaya Indonesia. Tradisi Sorong Serah Aji Krame adalah bukti bahwa nilai-nilai luhur akan selalu relevan jika dijaga dan dihormati dengan sepenuh hati. Tradisi ini bukan hanya kebanggaan masyarakat Sasak, tetapi juga aset budaya yang memperkaya identitas bangsa.
Penulis:
Selen Haripina
Ahda Aziz Farabi
Renita Putri Agustia
Umair Makdi Karip Ilham
Comments
Post a Comment
Cara bicara menunjukkan kepribadian, berkomentarlah dengan baik dan sopan…