Budaya dapat dipahami sebagai pola kehidupan yang dimiliki oleh suatu kelompok manusia, yang terus berkembang dan diwariskan dari generasi ke generasi oleh para pendahulunya. Menurut Koentjaraningrat, budaya mencakup seluruh sistem ide, pemikiran, perasaan, tindakan, serta hasil karya yang dihasilkan manusia dalam interaksi sosialnya, yang kemudian diwariskan dan dipelajari oleh generasi berikutnya. Melestarikan budaya lokal adalah sebuah tantangan besar di era globalisasi yang semakin padat. Salah satu cara untuk menjaga tradisi agar tidak tergeser oleh zaman adalah melalui komunitas yang peduli terhadap warisan budaya.
Sumber:
Penulis:
Elsa Maulida Sabila
M. Afwandi Fatihal Khair
Muhammad Aliyul Qadri
Artikel ini membahas bagaimana Sanggar Seni Mayang Girang tepatnya di Kelayu Utara, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, berperan dalam melestarikan kearifan lokal melalui seni tradisional. Sanggar ini juga berhasil menjaga nilai-nilai budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun walaupun bukan hanya sekedar pelatihan, tetapi juga berperan sebagai pemberdayaan masyarakat. Artikel ini akan mengulas berbagai aktivitas yang dilakukan Sanggar Seni Mayang Girang dalam melestarikan salah satu kearifan lokal Lombok Timur, yaitu tari Peresean dan bagaimana kegiatan tersebut menghasilkan dampak positif bagi masyarakat sekitar.
Pernahkah kita bayangkan hidup di sebuah tempat di mana tradisi dan modernitas berjalan bersamaan? Di Kelayu Utara, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, terdapat komunitas yang menghidupkan kembali tradisi melalui seni. Komunitas ini adalah Sanggar Seni Mayang Girang, yang berdiri sebagai jembatan dalam menjaga dan mengembangkan budaya lokal. Di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat, budaya tradisional sering kali terancam punah atau bahkan terlupakan. Namun, komunitas ini justru menjadikan seni sebagai jembatan untuk menghubungkan masa lampau dengan masa yang akan datang.
Melalui pendekatan yang inovatif dan berbasis gotong royong, Sanggar Seni Mayang Girang tidak hanya melestarikan seni tradisional, tetapi juga mengajak generasi muda untuk mengenal lebih dalam tentang identitas budaya lokal tempat mereka tinggal. Salah satu kearifan lokal yang menjadi sasaran sanggar ini adalah Tari Peresean, sebuah pertunjukan seni yang menggambarkan keberanian, sportivitas, dan kekuatan alam yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sasak.
Secara sederhana, komunitas adalah sekelompok orang yang memiliki kepentingan dan tujuan sama, saling berinteraksi dalam ruang tertentu disertai nilai dan norma yang diterima oleh anggota kelompok komunitas tersebut. Dari segi kebudayaan, komunitas berfungsi sebagai penjaga dan penggerak budaya lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Kearifan lokal sendiri merujuk pada pengetahuan, nilai, norma, fenomena alam dan sosial yang berkembang dalam masyarakat lokal dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat itu sendiri.
Di Lombok Timur, komunitas yang berperan besar dalam melestarikan kearifan lokal salah satunya adalah Sanggar Seni Mayang Girang. Komunitas ini berfokus pada pelestarian seni tradisional, seperti tari, music, dan kerajinan tangan khas Sasak. Melalui aktivitas ini, Sanggar Seni Mayang Girang tidak hanya mengajarkan kesenian, tetapi juga mengajak masyarakat untuk lebih memahami makna serta filosofi yang terkandung dalam budaya mereka. Dengan adanya sanggar seni ini, masyarakat akan selalu menjaga dan melestarikan budaya leluhur yang sudah ada sebelumnya.
Sanggar Seni Mayang Girang yang berlokasi di Kelayu Utara, telah menjadi rumah bagi masyarakat yang ingin belajar seni tradisional Lombok. Salah satu bentuk kearifan lokal yang mereka pelihara adalah Tari Peresean, sebuah tarian yang awalnya merupakan bagian dari upacara adat untuk meminta hujan, yang kemudian berkembang menjadi sebuah pertunjukan seni yang mengisahkan duel antara dua pria menggunakan rotan. Tari Peresean adalah symbol keberanian dan sportivitas dalam budaya Sasak. Dalam pertunjukan ini, dua penari laki-laki akan saling bertarung menggunakan rotan yang dibalut kulit kerbau sebagai pelindung tubuh. Meskipun tampak seperti pertarungan, inti dari tarian ini adalah saling menghormati antara lawan. Ketika salah satu penari jatuh, penari lainnya akan memberikan tangan untuk membantu bangkit, sebagai sebuah symbol persaudaraan dan kehormatan.
Selain Tari Peresean, Sanggar Seni Mayang Girang juga mengajarkan seni musik tradisional, seperti gendang beleq, alat musik khas Sasak yang mengiringi berbagai upacara adat dan pertunjukan seni. Gendang beleq memiliki suara yang sangat nyaring, yang bisa menggugah semangat dan menyatukan kekuatan bersama dalam sebuah acara. Melalui berbagai pelatihan dan pementasan, Sanggar Seni Mayang Girang tidak hanya mengajarkan teknik, tetapi juga filosofi di balik seni tersebut. Anak-anak dan remaja yang belajar di sana tidak hanya diajarkan bagaimana menari atau memainkan alat musik, tetapi juga bagaimana menjadi bagian dari komunitas yang saling mendukung dan menjaga warisan budaya. Secara filosofis, Tari Peresean dan seni tradisional lainnya mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang mendalam. Tari Peresean, misalnya, mengajarkan keberanian, kedisiplinan, dan rasa hormat terhadap orang lain. Dalam budaya Sasak, pertarungan dalam Tari Peresean bukanlah tentang kekerasan, tetapi tentang kehormatan dan keseimbangan. Nilai ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, di mana masyarakat diajarkan untuk saling menghargai dan menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan sesama.
Tujuan utama dari Sanggar Seni Mayang Girang adalah melestarikan kearifa lokal Lombok Timur agar tetap hidup dan relevan dengan era modern seperti saat ini. Selain itu, sanggar ini juga berusaha memberdayakan masyarakat melalui seni. Dengan membuka kelas pelatihan untuk semua kalangan, mereka memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk mengenal dan menguasai seni tradisional. Tidak hanya itu, produk kerajinan tangan yang dihasilkan oleh anggota sanggar juga turut memperkuat perekonomian lokal. Sanggar Seni Mayang Girang juga memberikan dampak sosial yang cukup besar bagi masyarakat sekitar. Selain menjaga tradisi, mereka juga mempererat hubungan antarwarga dan membuka peluang ekonomi melalui penjualan kerajinan atau tiket pertunjukan seni.
Pernahkah kita bayangkan hidup di sebuah tempat di mana tradisi dan modernitas berjalan bersamaan? Di Kelayu Utara, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, terdapat komunitas yang menghidupkan kembali tradisi melalui seni. Komunitas ini adalah Sanggar Seni Mayang Girang, yang berdiri sebagai jembatan dalam menjaga dan mengembangkan budaya lokal. Di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat, budaya tradisional sering kali terancam punah atau bahkan terlupakan. Namun, komunitas ini justru menjadikan seni sebagai jembatan untuk menghubungkan masa lampau dengan masa yang akan datang.
Melalui pendekatan yang inovatif dan berbasis gotong royong, Sanggar Seni Mayang Girang tidak hanya melestarikan seni tradisional, tetapi juga mengajak generasi muda untuk mengenal lebih dalam tentang identitas budaya lokal tempat mereka tinggal. Salah satu kearifan lokal yang menjadi sasaran sanggar ini adalah Tari Peresean, sebuah pertunjukan seni yang menggambarkan keberanian, sportivitas, dan kekuatan alam yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sasak.
Secara sederhana, komunitas adalah sekelompok orang yang memiliki kepentingan dan tujuan sama, saling berinteraksi dalam ruang tertentu disertai nilai dan norma yang diterima oleh anggota kelompok komunitas tersebut. Dari segi kebudayaan, komunitas berfungsi sebagai penjaga dan penggerak budaya lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Kearifan lokal sendiri merujuk pada pengetahuan, nilai, norma, fenomena alam dan sosial yang berkembang dalam masyarakat lokal dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat itu sendiri.
Di Lombok Timur, komunitas yang berperan besar dalam melestarikan kearifan lokal salah satunya adalah Sanggar Seni Mayang Girang. Komunitas ini berfokus pada pelestarian seni tradisional, seperti tari, music, dan kerajinan tangan khas Sasak. Melalui aktivitas ini, Sanggar Seni Mayang Girang tidak hanya mengajarkan kesenian, tetapi juga mengajak masyarakat untuk lebih memahami makna serta filosofi yang terkandung dalam budaya mereka. Dengan adanya sanggar seni ini, masyarakat akan selalu menjaga dan melestarikan budaya leluhur yang sudah ada sebelumnya.
Sanggar Seni Mayang Girang yang berlokasi di Kelayu Utara, telah menjadi rumah bagi masyarakat yang ingin belajar seni tradisional Lombok. Salah satu bentuk kearifan lokal yang mereka pelihara adalah Tari Peresean, sebuah tarian yang awalnya merupakan bagian dari upacara adat untuk meminta hujan, yang kemudian berkembang menjadi sebuah pertunjukan seni yang mengisahkan duel antara dua pria menggunakan rotan. Tari Peresean adalah symbol keberanian dan sportivitas dalam budaya Sasak. Dalam pertunjukan ini, dua penari laki-laki akan saling bertarung menggunakan rotan yang dibalut kulit kerbau sebagai pelindung tubuh. Meskipun tampak seperti pertarungan, inti dari tarian ini adalah saling menghormati antara lawan. Ketika salah satu penari jatuh, penari lainnya akan memberikan tangan untuk membantu bangkit, sebagai sebuah symbol persaudaraan dan kehormatan.
Selain Tari Peresean, Sanggar Seni Mayang Girang juga mengajarkan seni musik tradisional, seperti gendang beleq, alat musik khas Sasak yang mengiringi berbagai upacara adat dan pertunjukan seni. Gendang beleq memiliki suara yang sangat nyaring, yang bisa menggugah semangat dan menyatukan kekuatan bersama dalam sebuah acara. Melalui berbagai pelatihan dan pementasan, Sanggar Seni Mayang Girang tidak hanya mengajarkan teknik, tetapi juga filosofi di balik seni tersebut. Anak-anak dan remaja yang belajar di sana tidak hanya diajarkan bagaimana menari atau memainkan alat musik, tetapi juga bagaimana menjadi bagian dari komunitas yang saling mendukung dan menjaga warisan budaya. Secara filosofis, Tari Peresean dan seni tradisional lainnya mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang mendalam. Tari Peresean, misalnya, mengajarkan keberanian, kedisiplinan, dan rasa hormat terhadap orang lain. Dalam budaya Sasak, pertarungan dalam Tari Peresean bukanlah tentang kekerasan, tetapi tentang kehormatan dan keseimbangan. Nilai ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, di mana masyarakat diajarkan untuk saling menghargai dan menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan sesama.
Tujuan utama dari Sanggar Seni Mayang Girang adalah melestarikan kearifa lokal Lombok Timur agar tetap hidup dan relevan dengan era modern seperti saat ini. Selain itu, sanggar ini juga berusaha memberdayakan masyarakat melalui seni. Dengan membuka kelas pelatihan untuk semua kalangan, mereka memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk mengenal dan menguasai seni tradisional. Tidak hanya itu, produk kerajinan tangan yang dihasilkan oleh anggota sanggar juga turut memperkuat perekonomian lokal. Sanggar Seni Mayang Girang juga memberikan dampak sosial yang cukup besar bagi masyarakat sekitar. Selain menjaga tradisi, mereka juga mempererat hubungan antarwarga dan membuka peluang ekonomi melalui penjualan kerajinan atau tiket pertunjukan seni.
Bagi generasi muda, bergabung dengan sanggar ini bukan hanya untuk belajar seni, tetapi juga tentang merasakan semangat kebersamaan dan rasa bangga terhadap budaya lokal mereka. Sanggar Seni Mayang Girang di Kelayu Utara adalah contoh nyata bagaimana komunitas lokal dapat menjadi agen perubahan dalam melestarikan kearifan lokal. Melalui pelatihan seni dan pementasan budaya, mereka berhasil menjaga dan menghidupkan tradisi Lombok Timur, khususnya Tari Peresean, yang menjadi simbol keberanian dan persaudaraan. Seni menjadi sarana untuk mengenalkan nilai-nilai luhur yang tak lekang oleh waktu. Melalui komunitas ini, kita belajar bahwa melestarikan kearifan lokal bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau kelompok tertentu, tetapi juga tanggung jawab kita semua sebagai masyarakat.
Penulis:
Elsa Maulida Sabila
M. Afwandi Fatihal Khair
Muhammad Aliyul Qadri
Faris Satryasa
Comments
Post a Comment
Cara bicara menunjukkan kepribadian, berkomentarlah dengan baik dan sopan…