Pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik dan diperuntukkan bagi generasi selanjutnya. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang diberikan untuk menyiapkan keterampilan siswa guna menghadapi tantangan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan karakter berkaitan dengan bagaimana membawa diri dalam pergaulan?, bagaimana harus bicara sopan santun?, dan bagaimana bersikap kepada orang lain dan sebagainya?. Prestasi akademis sering diutamakan, akan tetapi mengabaikan aspek penting lainnya. Perlu diingat bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya bergantung pada prestasi akademik atau kemampuan akademis, melainkan karakter yang luhur pada diri seseorang menjadi penentu kesuksesan.
Berbagai program pendidikan dan pembelajaran telah diupayakan oleh pemerintah, seperti pelajaran budi pekerti, pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKN), pendidikan moral Pancasila (PMP). Meski demikian, pedoman penghayatan dan pengalaman Pancasila (P4) belum sepenuhnya mencapai hasil yang optimal karena pemaksaan konsep yang sekularistik.
Ironisnya tidak ada contoh maupun teladan yang diberikan dalam program tersebut. Padahal, program pendidikan karakter sangat memerlukan contoh dan keteladanan. Selama ini sebagian besar masyarakat Indonesia hanya jago dalam membuat slogan.
Pendidikan karakter mencakup ranah pengetahuan (cognitive), perasaan (afektiv), sikap (attitude), dan tindakan (action). Cakupan ini harus mampu memberikan asupan bukan hanya bagi raga/jasmani melainkan sekaligus bagi jiwa/rohani berupa moralitas untuk menentukan sikap baik buruk atau benar salah. Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter harus dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.
Berdasarkan studi Dr. Marvin W. Berkowitz, seorang pakar pendidikan karakter dari University of Missouri-St. Louis mengungkapkan bahwa pendidikan karakter memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan motivasi siswa untuk meraih prestasi. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan kepribadian yang berintegritas terhadap nilai dan norma yang ada. Apabila siswa berintegritas maka ia akan memiliki keyakinan terhadap potensi diri untuk menghadapi hambatan dalam belajar.
Membentuk siswa yang berkarakter bukan suatu upaya yang mudah. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pendidikan karakter di sekolah. Konsep karakter tidak cukup dijadikan suatu poin penting dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang bersifat administratif, namun harus diimplementasikan secara konsisten. Tindakan sederhana yang dapat dilakukan yakni dengan mulai belajar mentaati peraturan sekolah dan tetap disiplin.
Sekolah harus menjadikan pendidikan karakter sebagai tatanan nilai yang berkembang dengan baik yang dipertontonkan oleh tenaga pendidik dalam kegiatan keseharian di sekolah. Di sisi lain, guna terwujudnya pendidikan karakter harus melibatkan semua pemangku kepentingan dalam pendidikan, baik keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat luas. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah membangun kembali kemitraan dan jejaring pendidikan yang selama ini terlihat mulai renggang di antara ketiga stackeholders terdekat dalam lingkungan sekolah, yaitu guru, keluarga, dan masyarakat.
Pendidikan karakter tidak akan berhasil selama stackeholder pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama dalam pembentukan karakter anak harus diberdayakan secara maksimal yang kemudian perlu didukung oleh peran sekolah. Disamping itu, aspek yang tidak kalah pentingnya adalah lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat memiliki peran penting dalam mempengaruhi pendidikan karakter dan watak seseorang. Penanaman nilai-nilai etika dan estetika harus terus dilakukan untuk pembentukan karakter yang semakin baik.
Untuk itu harus ada instrument yang benar dalam melakukan evaluasi terhadap pendidikan karakter sehingga dapat dilakukan perbaikan pada aspek-aspek yang dianggap penting. Selain itu, tiga komponen penting (guru, keluarga, dan masyarakat) harus berkesinambungan dalam upaya merealisasikan pendidikan karakter berlangsung secara nyata dan bukan hanya wacana semata.
Penulis: Baiq Silvia Syntya Dewi, Anggota Jurnalistik SMAPTA
Pendidikan karakter berkaitan dengan bagaimana membawa diri dalam pergaulan?, bagaimana harus bicara sopan santun?, dan bagaimana bersikap kepada orang lain dan sebagainya?. Prestasi akademis sering diutamakan, akan tetapi mengabaikan aspek penting lainnya. Perlu diingat bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya bergantung pada prestasi akademik atau kemampuan akademis, melainkan karakter yang luhur pada diri seseorang menjadi penentu kesuksesan.
Berbagai program pendidikan dan pembelajaran telah diupayakan oleh pemerintah, seperti pelajaran budi pekerti, pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKN), pendidikan moral Pancasila (PMP). Meski demikian, pedoman penghayatan dan pengalaman Pancasila (P4) belum sepenuhnya mencapai hasil yang optimal karena pemaksaan konsep yang sekularistik.
Ironisnya tidak ada contoh maupun teladan yang diberikan dalam program tersebut. Padahal, program pendidikan karakter sangat memerlukan contoh dan keteladanan. Selama ini sebagian besar masyarakat Indonesia hanya jago dalam membuat slogan.
Pendidikan karakter mencakup ranah pengetahuan (cognitive), perasaan (afektiv), sikap (attitude), dan tindakan (action). Cakupan ini harus mampu memberikan asupan bukan hanya bagi raga/jasmani melainkan sekaligus bagi jiwa/rohani berupa moralitas untuk menentukan sikap baik buruk atau benar salah. Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter harus dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.
Berdasarkan studi Dr. Marvin W. Berkowitz, seorang pakar pendidikan karakter dari University of Missouri-St. Louis mengungkapkan bahwa pendidikan karakter memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan motivasi siswa untuk meraih prestasi. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan kepribadian yang berintegritas terhadap nilai dan norma yang ada. Apabila siswa berintegritas maka ia akan memiliki keyakinan terhadap potensi diri untuk menghadapi hambatan dalam belajar.
Membentuk siswa yang berkarakter bukan suatu upaya yang mudah. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pendidikan karakter di sekolah. Konsep karakter tidak cukup dijadikan suatu poin penting dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang bersifat administratif, namun harus diimplementasikan secara konsisten. Tindakan sederhana yang dapat dilakukan yakni dengan mulai belajar mentaati peraturan sekolah dan tetap disiplin.
Sekolah harus menjadikan pendidikan karakter sebagai tatanan nilai yang berkembang dengan baik yang dipertontonkan oleh tenaga pendidik dalam kegiatan keseharian di sekolah. Di sisi lain, guna terwujudnya pendidikan karakter harus melibatkan semua pemangku kepentingan dalam pendidikan, baik keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat luas. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah membangun kembali kemitraan dan jejaring pendidikan yang selama ini terlihat mulai renggang di antara ketiga stackeholders terdekat dalam lingkungan sekolah, yaitu guru, keluarga, dan masyarakat.
Pendidikan karakter tidak akan berhasil selama stackeholder pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama dalam pembentukan karakter anak harus diberdayakan secara maksimal yang kemudian perlu didukung oleh peran sekolah. Disamping itu, aspek yang tidak kalah pentingnya adalah lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat memiliki peran penting dalam mempengaruhi pendidikan karakter dan watak seseorang. Penanaman nilai-nilai etika dan estetika harus terus dilakukan untuk pembentukan karakter yang semakin baik.
Untuk itu harus ada instrument yang benar dalam melakukan evaluasi terhadap pendidikan karakter sehingga dapat dilakukan perbaikan pada aspek-aspek yang dianggap penting. Selain itu, tiga komponen penting (guru, keluarga, dan masyarakat) harus berkesinambungan dalam upaya merealisasikan pendidikan karakter berlangsung secara nyata dan bukan hanya wacana semata.
Penulis: Baiq Silvia Syntya Dewi, Anggota Jurnalistik SMAPTA
Comments
Post a Comment
Cara bicara menunjukkan kepribadian, berkomentarlah dengan baik dan sopan…