edukasinfo.com
| Program Research on Improving System of Education (RISE) paparkan hasil
penelitian tentang capaian belajar optimal. Program RISE merupakan bentuk
kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Balitbang dan Perbukuan,
Kemendikbudristek), dengan The SMERU Research Institute.
Hasil
penelitian yang dilakukan RISE terkait “Respons Daerah dalam Desentralisasi
Pendidikan” dapat menjadi pertimbangan bagi para pengambil kebijakan pendidikan
guna meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di Indonesia.
Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar
Makarim mengatakan, penyusunan kebijakan harus melalui langkah-langkah kerja
logis dan strategis, salah satunya dengan melakukan riset. Peran riset sangat
penting sebagai landasan penyusunan kebijakan publik untuk menjawab kebutuhan
masyarakat dan membantu menyiapkan diri untuk tantangan masa depan.
Berdasarkan
data Kemendikbudristek, tren partisipasi pendidikan Indonesia canderung menurun
sejak 2020. Hasil riset ini membantu kementerian dan pemerintah daerah untuk
mengevaluasi kebijakan yang telah diterapkan, dan menjadi pegangan dalam penyusunan
aturan dan kebijakan yang lebih tepat sasaran.
Riset
pada tingkat daerah sejalan dengan gagasan desentralisasi dan otonomi
pendidikan sekaligus merupakan esensi
Merdeka Belajar. Kemerdekaan belajar bagi pendidik dan institusi
pendidikan dapat mengembangkan metode dan lingkungan pembelajaran yang sesuai
dengan konteks budaya daerah masing-masing.
Sementara
itu, Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, dan Perbukuan Kemendikbudristek, Anindito
Aditomo, menyampaikan pentingnya data yang objektif dalam merumuskan kebijakan
yang tepat bagi para pemangku kepentingan. Tanpa adanya data, para pengambil
kebijakan layaknya seperti tidak punya peta.
Beberapa
kebijakan darurat yang dikeluarkan oleh Kemendikbudristek dalam masa pandemi, seperti
penyederhanaan kurikulum, relaksasi syarat kenaikan kelas dan kelulusan,
modul-modul literasi dan numerasi untuk mendukung Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ), bantuan kuota internet, dan pembelajaran guru lewat model pelatihan
inovatif yang telah menjangkau ratusan ribu guru di seluruh Indonesia.
Selain
kebijakan darurat, kebijakan-kebijakan fundamental dan strategis lainnya juga
dikeluarkan untuk memperbaiki kualitas pendidikan dalam kondisi pandemi
Covid-19. Kebijakan-kebijakan tersebut tidak terlepas dari hasil kajian dan program
RISE. Beberapa penelitian RISE diantaranya:
1. Tantangan
Implementasi Kebijakan di Daerah
Hasil
penelitian RISE terkait dampak kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
Zonasi di Kota Yogyakarta menjelaskan bahwa, sebaran sekolah negeri di
Yogyakarta tidak merata. Hanya sebagian sekolah yang mampu beradaptasi dengan
perubahan karakteristik siswa pasca kebijakan zonasi.
Sejak
Agustus 2018, RISE melakukan studi bersama Pemerintah Kota Yogyakarta dengan melibatkan
46 sekolah menengah pertama (SMP) negeri dan swasta,.Tujuannya untuk mengetahui
dampak PPDB Zonasi terhadap karakteristik peserta didik yang diterima di
sekolah serta pembelajaran di kelas. Kebijakan zonasi sendiri merupakan sistem penerimaan siswa yang tinggal terdekat dengan
skolah tersebut.
Secara
umum, guru tidak terbiasa mengajar siswa yang kemampuannya beragam. Sekolah
negeri menerima anak dengan nilai lebih rendah, tetapi bisa menahan penurunan
capaian belajar. Di sisi lain, sekolah swasta menerima anak dengan nilai lebih
tinggi, tapi sulit mendorong peningkatan capaian belajar.
Pada
prinsipnya, kebijakan zonasi menunjukkan adanya pertukaran antara kualitas
pembelajaran dan kesetaraan akses pendidikan berkualitas. Kebijakan zonasi berhasil memasukkan lebih
banyak anak dari keluarga ekonomi rendah ke sekolah negeri. Tapi, satuan
pendidikan perlu didukung agar guru dapat mengajar siswa yang kemampuannya
beragam.
Dampak
PPDB Zonasi yang dilaksanakan sejak 2018 hingga saat ini, terdapat penurunan
capaian nilai siswa akibat pandemi meskipun kurikulum disederhanakan. Tidak
semua materi pelajaran dapat diajarkan secara jarak jauh. Pihaknya menemukan
maksimal hanya 70 persen materi yang dapat disampaikan. Daya serap anak-anak juga
menurun.
Upaya
mengatasi masalah tersebut yakni dengan memaksimalkan Sekolah Penggerak dengan
tujuan mengintervensi sekolah-sekolah pada semua kemampuan, baik rendah,
menengah, dan tinggi. Selain itu, daerah didorong untuk memfasilitasi anak-anak
yang tidak diterima di sekolah negeri untuk masuk ke sekolah swasta dengan
memberikan BOS Daerah.
2. Peran
Orang Tua dan Tradisi Akademik dalam Keluarga
Sementara
penelitian RISE di Bukittinggi Sumatera tidak menemukan penurunan kemampuan belajar. Hal tersebut dikarenakan oleh
mayoritas siswa di Bukittinggi didampingi orang tua selama belajar dari rumah,
bahkan sebelum pandemi berlangsung.
Sebanyak
30 persen orang tua mengatakan tidak memiliki kemampuan dalam mendampingi
anaknya belajar. Keterlibatan orang tua memiliki peran besar dalam mengurangi
dampak penutupan sekolah akibat pandemi.
Mayoritas
siswa mengalami peningkatan hasil pembelajaran selama pandemi. Namun, hasil
pembelajaran siswa dengan orang tua berpendidikan lebih rendah tetap di bawah
siswa dengan orang tua berpendidikan tinggi.
Comments
Post a Comment
Cara bicara menunjukkan kepribadian, berkomentarlah dengan baik dan sopan…