Dalam berbagai situasi komunikasi efektif dalam menyampaikan pesan sangat dibutuhkan agar pesan dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara. Dalam buku Human Communication (dikutip dari modul modul 15 PembaTIK 2020), Pearson menyatakan bahwa komunikasi berasal dari kata
communicare yang memiliki arti untuk
membuat kesamaan atau untuk berbagi.
Komunikasi berasal dari bahasa Latin, Communicatus yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. Sementara pada KBBI komunikasi diartikan sebagai upaya yang bertujuan untuk mencapai
kebersamaan.
Dalam menjalin hubungan sosial, komunikasi bertujuan untuk menyampaikan pesan, informasi, ide atau gagasan kepada orang lain.
Secara sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian
pesan dari komunikator (orang yang menyampaikan pesan) kepada komunikan (orang
yang menerima pesan) dengan maksud tercapainya kesamaan makna. Pesan yang
disampaikan oleh komunikator dapat berupa bahasa baik bahasa verbal maupun non
verbal.
Komponen Komunikasi
Untuk menghasilkan sebuah komunikasi yang efektif dan menarik, terdapat lima komponen utama dalam komunikasi yang harus dipahami yaitu:
- komunikator (orang yang memberi pesan)
- pesan
- channel (saluran/media komunikasi)
- komunikan (orang yang menerima pesan)
- feedback (timbal balik)
Kelima komponen komunikasi di atas harus terpenuhi untuk
menyatakan sebuah kontak sosial telah terjadi komunikasi. Jika salahsatu dari
komponen itu tidak terpenuhi maka tujuan dari proses interaksi sosial tidak
akan terwujud. Sebagai contoh, jika hanya ada komunikator dan pesan saja tanpa adanya
feedback dari komunikan, komunikasi hanya akan berjalan satu arah dan kondisi
demikian tidak menarik dan efektif.
Selain komponen komunikasi, memahami beberapa gangguan pada proses komunikasi juga sangat penting dipahami. Gangguan Komunikasi menurut Liliweri dalam buku Komunikasi Antarpersonal, gangguan (noise) antara lain dikategorikan dalam empat kelompok yaitu:
- Noise fisik
- Noise fisiologi
- Noise psikologis
- Noise semantik
Perbedaan Komunikasi Verbal dan Non-Verbal
Dalam ilmu komunikasi dikenal dua jenis/model komunikasi yakni komunikasi verbal dan non-verbal. Komunikasi verbal merupakan unsur-unsur komunikasi lisan (verbal) yang dapat dilakukan oleh dua orang atau lebih melalui hubungan tatap muka secara langsung tanpa ada jarak maupun peralatan yang menjadi medianya. Komunikasi tulis dalam bentuk surat-menyurat, surat elektronik (email), chatting, karya tulis pada jurnal, media cetak, dan atau media elektronik.
Sementara komunikasi non-verbal merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan tanpa menggunakan lisan atau tulisan, melainkan melalui bahasa isyarat, mimik/ekspresi wajah dan/atau simbol-simbol lainnya. Liliweri pada bukunya Komunikasi Verbal dan Non-verbal menjelaskan bahwa komunikasi non-verbal cenderung digunakan untuk mengekspresikan perasaan dan emosi.
Sebagai seorang pendidik, kemampuan berbicara yang efektif dan menarik harus dimiliki. Kemampuan komunikasi yang baik dapat digunakan pada saat melaksanakan pembelajaran di kelas bersama peserta didik, berdiskusi berbagi pengalaman dengan sesama rekan kerja, kelompok kerja atau komunitas praktisi (MGMP, MKKS), atau dengan para birokrat (Pemda, Dinas Pendidikan, Bappeda, dan masyarakat umum lainnya).
Bagaimana Komunikasi yang Efektif dan Menarik?
Menurut pendapat para ahli, komunikasi efektif terjadi bila
komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu
pesan atau “the communication is in tune”.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian,
dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial
yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan yang positif. Oleh
karena itu, komunikasi yang efektif juga diikuti dengan cara penyampaian yang
menarik agar pesan yang disampaikan memperoleh respon yang positif pada
peningkatan pengetahuan (kognitif), membangun kesadaran (sikap), bahkan
mengubah perilaku komunikan.
Untuk menghasilkan komunikasi yang efektif setidaknya harus memenuhi 7 C yaitu:
- Clear, pesan disampaikan dengan jelas menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami
- Concise, pesan disampaikan secara singkat, ringkas, dan padat dengan bahasa yang menarik
- Concrete, pesan yang disampaikan merupakan fakta
- Correct, pesan yang disampaikan memiliki nilai kebenaran dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
- Coherent, pesan yang disampaikan memiliki konsistensi dan apa adanya
- Complete, pesan disampaikan secara utuh
- Courteous, pesan disampaikan secara santun dan jujur sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.
Memahami Komunikasi
Efektif dalam Pembelajaran
Efektif atau tidaknya suatu pembelajaran dipengaruhi oleh kualitas komunikasi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik. Peserta didik diharapan mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Transmisi ilmu pengetahuan dan teknologi kepada seseorang akan menimbulkan perubahan tingkah laku sesuai dengan norma-norma yang berlangsung saat itu. Pendidik adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga guru selaku pendidik dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.
Membangun komunikasi yang efektif harus memperhatikan aspek-aspek penting seperti kejelasan, ketepatan, konteks, alur, dan budaya dalam berkomunikasi. Tepenuhinya aspek tersebut akan berdampak pada keberhasilan sebuah komunikasi menemukan makna sesuai dengan harapan komunikator maupun kkomunikan.
Selain memperhatikan aspek komunikasi di atas, seorang komunikator juga harus memperhatikan etika komunikasi yang sesuai dengan budaya, nilai, dan norma masyarakat setempat. Etika dan etiket merupakan hal yang sangat penting karena menyangkut perilaku manusia. Keduanya memiliki perbedaan secara makna, Etika berasal dari Bahasa Yunani, yaitu ethos yang bermakna watak kebiasaan. Etiket berasal dari Bahasa Perancis, yaitu etiquette yang berarti sopan santun.
Tidak hanya etika komunikasi langsung yang harus mengedepankan etika melainkan komunikasi digital juga harus mengutamakan etika yang baik. Era revolusi industri 4.0 atau era digital dengan perkembangan teknologi yang pesat, memberikan tantangan baru dalam bagaimana kita menerapkan etika komunikasi. Etika komunikasi digital yang baik seperti komunikasi media sosial dengan cara tidak menulis atau mengunggah ujaran yang provokatif, kebencian (hate speech), pornografi, atau yang mengarah SARA, menyebarkan artikel atau berita bohong (hoax), dan juga etika dalam mencantumkan sumber kutipan artikel atau gambar yang mempunyai hak cipta.
Etika komunikasi tidak hanya terbatas pada tutur kata yang baik, tetapi juga harus dimaknai dari niat tulus yang mengekspresikan ketenangan, tanggung jawab, tidak membangun permusuhan, dan empati kita dalam berkomunikasi. Empati sebagai salah satu prinsip dasar komunikasi, akan memberikan kita kemampuan untuk menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan komunikan menerima pesan.
Download Modul Tentang Komunikasi Efektif Disini !!!
Dalam konteks proses pembelajaran guru selaku pendidik harus mampu memahami kondisi atau keadaan peserta didik, mampu menanamkan sifat saling menghargai dan menolong apabila ada peserta didik lain yang mengalami kesulitan serta saling mendengar atau mengerti dengan keadaan dan mampu memberikan solusi setiap masalah yang dialami.
Comments
Post a Comment
Cara bicara menunjukkan kepribadian, berkomentarlah dengan baik dan sopan…