BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sebagai pedoman dasar
untuk mengabstrakkan kepribadian seseorang, diperlukan telaah awal
mengenai konsep kepribadian itu sendiri.
Konsep tersebut dapat membantu memahami pola tindak, sikap, seseorang yang
secara holistic dapat dijadikan sebagai indicator kepribadian seseorang. Gorden W. Allport, sebagaimana dikutip
oleh Sarlito Wirawan, mamandang
kepribadian sebagai organisasi dinamis dalam diri individu yang terdiri dari
sistem-sistem psikofisik yang menentukan cara penyesuaian diri yang unik dari
individu tersebut terhadap lngkungannya.
Adapun kepribadian
dalam konteks Nahdlatul Wathan ini menunjukkan adanya suatu tanda yang lebih di
utamakan yang mesti dimiliki oleh organisasi ini, yaitu islam Ahlussunah wal
jama’ah ‘ala Mazhabil Syafi’I r.a. Kepribadian ini digali dari khazanah
ajaran-ajaran Pendiri Nahdlatul Wathan Maulanasy Syaikh Tuan Guru Kiai Haji
Muhammad Zainiddin Abdul Majid sebagai penganut setia, penyiar tangguh dan
pembela utama Islam Ahlussunnah wal jama’ah ‘ala Mazhabil Imamisy Syafi’I r.a. kepribadian
ini tercermin pada muqaddimah dan permulaan Hizib Nahdlatul Wathan.
Hal ini termasuk
keistimewaan Hizib Nahdlatul Wathan. Tidak ada dijumpai dalam sejarah, hizib
yang dengan tegas dan tandas mencantumkan landasan ide dan faham Ahlussunnah
wal jama’ah, seperti hizib Nahdlatul Wathan. Dengan demikian hendaknya suatu
organisasi khususnya organisasi ini memiliki dan mengamalkan iman dan taqwa
berdasarkan mazhab Ahlussunnah wal jama’ah itu baik dalam aqidah maupun dalam
fiqh.
Menguraikan tentang suatu
bentuk kepribadian organisasi Nahdlatul Wathan, tentu dalam tulisan ini akan
mengulas beberapa maupun secara keselurahan mengenai kepribadian pendiri dari
organisasi Nahdlatul Wathan karena kepribadian suatu kelompok sangat erat
kaitannya dengan kepribadian seorang pendiri atau pemimpin organisasi tersebut.
Adapun kepribadian seorang pemimpin atau pendiri suatu organisasi tidak akan
jauh berbeda dengan organisasi yang didirikan, hal ini dikarenakan oleh adanya
kepribadian seseorang yang menjadi dasar dalam mendirikan suatu organisasi
khususnya Nahdlatul Wathan itu sendiri.
Mengenai kepribadian
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid, tentu menjadi aikon dan motivasi
tersendiri oleh semua kalangan yang memang seperti yang kita ketahui sendiri
bahwasanya kepribadian tokoh ini sangat perlu di contoh dan diikuti terlebih
bagi pengikut setia Nahdlatul Wathan serta semua kaum muslimin diseluruh
penjuru. Hal ini dikarenakan oleh kepribadian maulana syaikh yang begitu kompleks
baik itu kepribadian dari aspek kejasmaniah maupun aspek kerohanian serta aspek
kejiwaan yang luhur. Adapun semua itu dapat dibuktikan dengan kajian perjalanan
dan perjuangan beliau semasa hidupnya hingga seperti yang kita rasakan sampai
detik ini. Kesemua perjuangan beliau itu sendiri tentu tidak terlepas dari
upaya-upaya yang sangat berkaitan dengan kepribadian beliau itu sendiri.
B.
Rumusan
Masalah
Bagaimanakah
kepribadian atau karakter yang dimiliki oleh Maulanasy Syaikh TGKH. Muhammad
Zainiddin Abdul Majid semasa hidupnya dalam perjuangan membangun Nahdlatul
Wathan maupun dalam membangun keluarganya baik dari aspek kejasmanian, kejiwaan,
maupun kerohanian ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Gambaran
Umum Mengenai Potret Keluarga TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid.
Maulana Syaikh TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Majid yang dilahirkan di Kampung Bermi Pancor Lombok Timur
pada tanggal 17 Rabi’ul Awal 1324 H (1906 M). beliau merupakan anak bungsu yang
lahir dari perkawinan Tuan Guru Haji Abdul Majid dengan hajjah Halimatus
Sa’diyah. Beliau bersaudara kandung lima orang, yaitu: Siti Syarbini, Siti
Cilah, Hajjah Saudah, Haji Muhammad Shabur dan Hajjah Masyithah.
Ayahandanya yang
terkenal dengan panggilan “Guru Mu’minah” itu adalah seorang muballig dan
terkenal pemberani, pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah;
sedangkan ibunya terkenal sangat shaleh. Sejak kecil beliau memang terkenal
sangat jujur dan cerdas. Karena itu, tidak mengherankan kalau ayah-bundanya
memberikan perhatian khusus dan menumpahkan kecintaan serta kasih saying
demikian besar kepada beliau.
Tentang silsilah
keturunan beliau yang lengkap tidak dapat dikemukakan secara utuh, karena
dokumen dan catatan silsilah keturunan beliau ikut terbakar ketika rumah orang
tua beliau mengalami kebakaran. Namun yang jelas bahwa silsilah keturunan
beliau adalah garis yang terpandang,
yaitu dari keturunan selaparang. Selaparang adalah nama Kerajaan Islam yang
pernah berkuasa di Pulau Lombok.
TGKH Muhammad Zanuddin
Abdul Majid di dalam perkawinannya sulit sekali mendapatketurunan, sehingga
beliau pernah dianggap mandul, padahal beliau sendiri ingin sekali keturunan
yang akan melanjutkan perjuangan untuk-untuk mengembangkan dan menegakkan
ajara-ajaran islam Ahlussunah wal jama’ah melalui organisasi Nahdlatul Wathan
yang beliau dirikan. Beliau hanya dianugerahi dua orang anak dan keduanya
putrid, yaitu:
1.
Hajjah Siti Rauhun
2.
Hajjah Siti Raihanun
Karena mempunyai dua
anak itulah, beliau juga dipanggil dengan nama “ Abu Rauhun wa Raihanun”
B. Kepribadian
Maulana Syaikh Semasa Hidupnya dalam Perjuangannya Membangun Nahdlatul Wathan
maupun Dalam Membangun Keluarga
Adapun kepribadian Maulana
Syaikh semasa hidupnya dalam perjuangannya membangun Nahdlatul Wathan maupun dalam
membangun keluarga memang menjadi keistimewaan tersendiri yang oleh orang lain
belum tentu dimiliki sehingga bagi seluruh kaum muslimin dapat menjadikannya
contoh untuk mendapatkan kebahagiaan dunia maupun akhirat. Seperti yang telah
diuraikan dalam pembahasan atau bab sebelumnya, beliau memang dari sejak kecil
sampai dengan beliau wafat memiliki kepribadian yang sangat baik.
Beberapa substansi yang memang harus kita ketahui untuk menjadi tolak ukur dari makna
kepribadian yang dimiliki oleh beliau serta aspek-asppek kepribadian yang
lainnya, yang sekiranya hal tersebut dapat dijadikan sebagai motivasi bagi para pengikut beliau diantaranya:
a.
Aspek
Kejasmanian
Secara fisik, Tuan Guru
Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid memiliki perawakan yang ramping dengan
postur tubuh yang tegap. Kondisi fisik ini dimiliki dari sejak mudanya.
Perawakan dan postur ini sepertinya mempengaruhi kesehatannya. Beliau memiliki
kesehatan yang sangat prima dan jarang terkena penyakit yang kronis apalagi
menahun. Kondisi kesehatan yang prima ini juga dapat terlihat dari cara
berbicara. Dalam setiap pengajian, ia selalu bersuara lantang, berapi-api,
dibumbui dengan nyanyian-nyanyian guyonan-guyonan segar yang mampu menarik
perhatian jamaahnya. Ketika menjelaskan persoalan-persoalan yang bersifat
prinsip, seperti masalah akidah dan akhlaq, suaranya lantang dan tegas. Gaya
bicaranya juga lugas dan jelas,csehingga tidak menyisakan ruang bagi
pertanyaan-pertanyaan dibenak jemaahnya,
Dalam dakwahnya beliau
sangat bersemangat untuk membuat jemaahnya paham dengan apa yang ia sampaikan.
Beliau juga mengajarkan jemaahnya mengenai semua hal yang tentunya positif
untuk masa depannya serta beliau mampu membuat jemaahnya tidak bosan dengan
dirinya dengan menggunakan berbagai hal yang unik ataupun kocak.
b.
Aspek
Kejiwaan
Prihal aspek kejiwaan
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, secara menyeluruh memang dapat di telusuri
dari riwayat hidupnya semenjak awal, namun karena keterbatasan-keterbatasan
yang dimiliki penulis, maka beberapa poin penting yang cukup menonjol yaitu
sikapnya terhadap beberapa hal yang dialami selama hidupnya, baik yang
bersentuhan langsung maupun tidak.
Metodologi berfikir
Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid dalam fenomena sasak adalah
dengan bercermin pada sejarah Sasak itu sendiri. Tergambar ia sangat memahami
historisitas sasak dan tipologi masyarakatnya. Dari telaah inilah kemudian ia
merumuskan pemikiran-pemikirannya tentang sasak.
c.
Aspek
Kerohanian Yang Luhur
Aspek-aspek kerohanian
yang luhur dalam konteks kepribadian memiliki signifikansi penting dalam
menilai sisi fundamental kehidupan seseorang, karena mencakup pandangan
bagaimana seseorang secara totalitas mendefinisikan arti kehidupannya. Tuan
Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid merumuskan kehidupannya sebgai
perjuangan dan menegakkan aqidah, sebagaimana ungkapan terkenal menyebutkan:
“Hidup
adalah perjuangan dan menegakkan aqidah”
Untuk dapat melakukan
perjuangan dan menegakkan aqidah secara sempurna, ia mempersyaratkan adanya
suatu kemerdekaan dari diri seseorang secara materil dari hal-hal yand bersifat
duniawi, atau setidaknya tidak menjadikan diri untuk selalu bergantung dan
mengukur suatu aktivitas secara materil. Dengan tidak menggantungkan diri pada
materilsemata maka kita akan memperoleh kebersihan hati.
Kebersihan hati oleh
Al-Ghazali diumpamakan dengan teori al-mir’ah(cermin).”hati manusia bagaikan cermin,
sedangkan petunjuk Tuhan bagaikan nur (cahaya)” dengan demikian, jika hati manusia
benar-benar bersih, niscaya ai akan bisa menangkap cahaya petunjuk ilahi dan
memantulkan cahaya tersebut ke sekitarnya. Jika manusia tidak mampu menerima
cahaya ilahi berarti ada sebabnya yakni, pertama,
cerminnya terlalu kotor sehingga cahaya ilahi tidak dapat diterima oleh cermin
rohani. Kedua, diantara cermin dengan
cahaya terdapat penghalang sehingga cahaya ilahi tidak tembus kepada cermin. Ketiga, cermin tersebut membelakangi
cahaya hingga tidak mungkin bisa tembus ke cermin.
Sebagai wujud lain dari
cara pandangnya mengenai kehidupan tersebut di atas, beliau mempunyai semboyan
hidup yang sangat ideal, yakni keinginannya menjadi matahari, dan menjadikan
matahari sebagai gurunya.”saya ingin
seperti matahari yang selalu terus berputar dari Timur ke Barat.bukan saja
dalam waktu 24 jam, tetapi telah berjuta-juta kurun zaman dan tidak pernah
terlambat satu menitpun” yang dimana beliau betekad untuk selalu hidup
memberikan manfaat kepada orang lain.
Demikianlah elaborasi
deskriftif tentang kepribadian luhur Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin
Abdul Majid yang menjadi parameter
untuk melihat kiprah dan aktualisasinya dalam menegakkan aqidah dan syariah
secara kontinyu dan konsisten [istiqomah]
untuk kemaslahatan umat.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari berbagai uraian
pembahasan bab-bab sebelumnya tentu dapat ditarik suatu bentuk kesimpulan yang
mana keperibadian yang dimiliki oleh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin
Abdul Majid ini memang sangat luar biasa mulianya,
karena hampir semua sisi kehidupan beliau dipenuhi dengan berbuat kemaslahatan umat
manusia terlebih bagi kaum muslmin. Kepribadian beliau dari aspek kejasmanian,
kejiwaan, dan kerohanian yang dimiliki ini merupakan keistimewaan tersendiri
yang dimana kesemua itu digunakan untuk membangun manusia yang beraqidah dan
berakhlak mulia.
Beliau sendiri
merupakan sosok atau figure yang sangat tersohor dengan segala kebaikan,
kejujuran, keihlasan, keteguhan hati, kepintaran, jiwa besarnya dan kelebihan-kelebihan
lainnya baik dilingkungan sendiri maupun di Arab Saudi sekalipun sudah terkenal.
Kepribadian inipun tidak hanya terlihat dalam melakukan dakwah namun lebih dari
itu juga, kepribadian beliau terlihat dalam memimpin keluarganya hingga anak
cucunya yang begitu baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Nu’man, Abdul Hayyi, Asy’ari Sahafari. (1988). Nahdlatul Wathan Organisasi Pendidikan,
Sosial dan Dakwah Islamiyah. Pancor: Pengurus Daerah Nahdlatul Wathan.
Ahmad D, Marimba, (1987). Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif.
M. Bambang, Pranomo. (1994). Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah. Jakarta: Paramadina.
Comments
Post a Comment
Cara bicara menunjukkan kepribadian, berkomentarlah dengan baik dan sopan…